HUBUNGAN ANTARA
GURU DAN ANAK DIDIK DALAM
INTERAKSI EDUKATIF
Sutra Ayu
Universitas
Muhammadiyah Makassar
Abstrak
Telah ditemukan dalam survei
bahwa dengan adanya interaksi antara guru dan siswa yang saling timbal baik
maka dengan begitu terwujudlah interaksi edukatif . makalah ini menelusuri
masalah-masalah yang ditemukan oleh guru dan siswa saat berkansungnya interaksi edukatif. Dalam perannya sebagai
pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar
terjadi proses interaktif edukasi yang kondusif. Guru harus siap sebagai
mediator dalam segala situasi proses edukatif, sehingga guru akan merupakan
tokoh yang akan dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik.
1 PENDAHULUAN
Pendidikan adalah
proses transformasi ilmu yang di dalamnya harus ada guru dan anak didik, dengan
keduanya pendidikan akan terwujud sesuai dengan harapan. Namun, problematika
yang ada dalam dunia pendidikan terletak pada bagaimana cara guru
mentransformasikan ilmu terhadap anak didiknya. Sehingga anak didik bisa
menerima dengan baik dan akan paham terhadap materi yang disuguhkan.
Guru perlu memiliki
metode mendidik. Sehingga materi yang disampaikan, mudah tersosialisasikan.
Metode yang diorentasikan kepada pencapaian tiga komunikasi: komunikasi aksi,
komunikasi interaksi, komunikasi antaraksi. Apabila komunikasi berjalan dengan
baik, maka guru akan mudah menyampaikan materi kepada anak didik.
Pada hakekatnya guru
dan anak didik adalah dwitunggal. Jika guru dan anak didik menjadi akrab, maka
mudah menstransformasikan ilmu, Guru yang bijak pasti berfikir bahwa tugas
utamanya adalah mencerdaskan anak didik. Maka penampilan guru tidak boleh
angker di hadapan anak didik.
Disinilah pentingnya
pendekatan interaksi edukatif. Setiap tindakan yang dilakukan oleh guru harus
bernilai pendidikan. Yakni dengan tujuan untuk membina anak didik agar
menghargai norma hukum, susila, social, dan norma agama. Sudah barang tentu hal
seperti ini bakal membawa kebaikan terhadap kecerdasan anak didik. Dan anak
didik pasti mampu merefleksikan kecerdasannya dalam tataran kehidupan nyata.
2. Pemahaman Awal Mengenai Interksi Edukatif
Interaksi yang
berlangsung disekitar kehidupan manusia dapat diubah menjadi interaksi yang
bernilai edukatif, yakni yang dengan sadar melatakksan tujuan untuk mengubah
tingkah laku dan perbuatan seseorang, interaksi yang bernilai pendidikan ini
dalam dunia pendidikan disebut sebagai “interaksi edukatif”.
Proses
interaksi edukatif adalah suatu proses yang mengandung sejumlah norma. Semua
norma itulah yang harus transfer kepada anak didik. Kerena itu yang harus guru
tranfer kepada anak didik. Kerena itu, wajarlah bila interaksi edukatif tidak
berproses dalam kehampaan, tetapi dalam penuh makna. Interaksi edukatif sebagai
jembatan yang menghidukan persenyawaan antara pengetahuan dan perbuatan, yang
mengantarkan kepada tingkah laku sesuai dengan pengetahuan yang diterima anak
didik.
Dengan
demikian dapat dipahami bahwa interaksi edukatif adalah hubungan dua arah
antara guru da anak didik dengan sejumlah norma sebagai mediumnya untuk
mencapai tujuan pendidikan.
1. Ciri – Ciri Interaksi Edukatif
Sebagai
interaksi yang bernilai normatif, maka interaksi edukatif mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
a)
Interaksi
edukatif mempunyai tujuan
b)
Mempunyai
prosedur yang direncanakan untuk mencapai tujuan
c)
Interaksi
edukatif dengan penggarapan materi khusus
d)
Ditandai
dengan aktifitas anak didik
e)
Guru
berperan sebgai pembimbing
f)
Mempunyai
batas waktu
g)
Diakhiri
dengan evaluasi
2. Proses pembelajaran disekolah
Guru dalam pengertian yang sederhana, guru adalah
orang yang memberi ilmu pengetahuan kepada anak didik. Keberhasilan guru
melaksanakan peranannya dala bidang pendidikan sebagian besar terletak besar
pada kemampuannya melakukan berbagai peranan yang bersifat dalam situasi
mengajar dan belajar. Tiap peranan
menuntut berbagai kompetensi atau keterampilan mengajar. Untuk itu peranan guru
salah satunya yaitu sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan dan perlu
memiliki keterampilan memberikan informasi kepada kelas.
Anak
didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau kelompok
orang yang menjalankan kegitan pendidikan yang penting dalam kegiatan interaksi
edukatif. Ia dijadikan pokok persoalan dalam semua gerak kegiatan pendidikan
dan pengajaran. Sebagai pokok persoalan, anak didik memeliki kedudukan yang
menempati posisi yang menentukan dalam sebuah interaksi.
Potensi
anak didik sebagai daya yang tersedia, sedang pendidikan sebagai alat yang
ampuh untuk mengembangkan daya itu. Bila anak didik adala komponen inti dalam
kegiatan pendidikan, maka anak didikalah sebagai pokok persoalan dalam
interaksi edukatif. Guru perlu mememhami kerakteristik anak didik sehngga muda
melakasanakan interaksi edukatif.
3. Beberapa Keterampilan Dasar
Mengajar
Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam
pendidikan. Kerangka berpikir yang demikian menghendaki seseorang melengkapi
dirinya dengan berbagai keterampilan yang diharapkan dapat membantu dalam
menjalankan tugasnya dalam interaksi edukatif. Keterampilan dasar mengajar
adalah keterampilan yang mutlak harus guru punyai dalam hal ini. Dengan
pemilikan keterampilan dasar mengajar ini diharapkan guru dapat mengoptimalkan
peranannya dikelas.
Beberapa keterampilan
dasar mengajar yang harus dikuasai oleh guru adalah sebagai berikut :
a)
Keterampilan
Dasar bertanya
Bertanya
merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal.
Pertanyaan yang diberikan dapat berupa pengetahuan samapai dengan hal-hal yang
berupa hasil pertimbangan. Dengan demikian bertanya merupakan stimulus efektif
yang dapat mendorong siswa untu berfikir.
Pemerian
waktu untuk berpikir setelah guru bertanya merupakan faktor yang penting.
Pemberian waktu ini akan menghasilkan beberapa keuntungan diantaranya siswa
yang merespon bertambah, banyak pikiran muncul, siswa mulai berinteraksi antara
yang satu dengan yang lainnya, banya siswa bertanya bertambah, atau guru
cenderung meningkatkan variasi bertanya.
b)
keterampilan
memberi penguatan
Memberikan
penguatan dapat diartikan sebagai tingkah laku guru dalam merespon secara
positif tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut
timbul kembali.
Penguatan
berpengaruh positif dalam kehidupan manusia sehari-hari bertujuan agar tingkah
laku yang sudah baik itu frekuensinya akan berulang atau bertambah. Yaitu
mendorong seseorang untuk memperbaiki tingkah laku serat meningkakan usaha
untuk kegiatannya. Sedangkan respon yang negatif bertujuan agar tingkah laku
yang kurang baik itu frekuensinya berkurang atau hilang. Kegiatan memberikan
penguatan atau penghargaan dalam proses belajar-mengajar di dalam kelas secara
tepat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar.
c)
keterampilan
mengadakan variasi
Menggunakan variasi
dalam kegiatan belajar-mengajar dapat diartikan sebagai perbuamengatasitan guru
dalam konteks belajar-mengajar yang bertujuan
mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajar-mengajarnya
siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiaan, serta berperan secara
aktif.
Keterampilan
mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek,
yaitu :
1.
Variasi
dalam gaya belajar
2.
Variasi
dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, serta
3.
Variasi
dalam interaksi antara guru dengan siswa.
d)
Keterampilan
menjelaskan
Guru
menggunaan istilah menjelaskan untuk penyajian lisan di dalam interaksi edukatif.
Penekanan memberikan penjelasan adalah proses penalaran siswa dan bukan
indoktrinasi. Memberikan penjelasan berupa salah satu aspek penting dalam
perbuatan guru.
e)
Keterampilan
membuka dan menutup pelajaran
Guru
sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Komponen keterampilan membuka dan menutup
pelajaran meliputi meningkatkan perjatian, menimbulkan motivasi, memberi acuan
melalui berbagai usaha, mebuat kaitan atau hubungan diantara materi-materi yang
akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan tang telah dikuasai anak
didik, review atau meninjau kembali pengusaan inti pekerjaan dengan merangkum
inti pelajaran dan mebuat ringkasan, dan mengevaluasi.
f)
Keterampilan
mengelola kelas
Masalah
pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah
pengelolah kelas. Guru menggunakanya untuk menciotakan dan mempertahankan
kondosi kelas untuk mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan
anak didik belajar. Dengan demikian pengelolahan kelas yang efektif adalah
syarak bagi pengajaran yang efektif.
Pengelolahan
kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondidsi belajar yang
optimal dan mengembalikannya bila terjasi gangguan dalam proses interaksi
edukatif. Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif.
Yang masuk kedalam hal ini adalah penghentian tingkah laku anak didik yang
menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian
tugas anak didik, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
g. keterampilan memimpin diskusi
kelompok kecil dan perorangan
Mengajar
kelompok kecil dan perorangan adalah perbuatan guru dalam konteks belajar
mengajar yang hanya melayani 3-8 orang siswa untuk kelompok kecil, dan seorang
untuk perorangan. Pada dasarnya bentuk pengajaran ini dapat dikerjakan dengan
membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil.
Dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan, perlu suatu perbuatan yang bersifat
memanusiakan anak didik. Pernuatan ini berarrti bahwa perbedaan individual
siswa perlu mendapatkan perhatian yang memadai..
4. Penggunaan Media Dalam
Interaksi Edukatif
Guru
memang bukan satu-satunya sumber belajar, walaupun tugas, peranan dan fungsinya
dalam proses belajar mengajara sangar penting. Siswa, petugas perpustakaan,
kepala sekolah tokoh-tokoh masyarakat atau orang-orang yang mempunyai keterampilan
dan kemampuan tertentu di masyarakat juga merupakan sumber belajar. Mereka
dapat digolongkan sebagai sumber belajar jenis orang. Jenis sumber belajar yang
lain adalah pesan yaitu ajaran atau informasi yang akan dipelajari atau
diterima oleh siswa. Bidang studi atau meteri-materi latihan jenis ini adlah
sebagai berikut :
ü
Bahan
(materials). Jenis ini biasa disebut dengan istilah perangkat lunak atau
software. Didalamnya terkandung pesan-pesan yang perlu disajikan baik dengan
bantuan alat penyaji maupun tanpa alat penyaji. Contohnya, buku, modul, majalah
transparansi OH, film bingkai, audio.
ü
Alat
(device), biasa disebut hardware atau perangkat keras dan digunakan untuk
menyajikan pesan contohnya, proyektor film, film bingkai, proyentor overhead,
tape, radio dan TV.
ü
Teknik
adalah prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan alat, bahan,
oarang dan lingkungan untuk menyajikan pesan.
ü
Lingkungan,
memungkinkan siswa belajar. Misalnya: perpustakaan, laboratorium, pusat sarana
belajar, museum, taman dan tempat – tempat lain baik yang disengaja dirancang
untuk tujuan belajar siswa atau dirancang untuk tujuan lain tetapi kita
manfaatkan untuk belajar siswa-siswa kira.
5. Pemilihan Media
Yang Digunakan
Agar media yang dipakai dalam
pengajaran yang dipilih itu tepat, disamping memenuhi prinsip-prinsip
pemilihan, juga terdapat beberapa faktor dan kriteria yang perlu diperhatikan,
yaitu :
1.
Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dala memilih alat bantu.
a.
Objektifitas
b.
Program
pengajaran
c.
Kualitas
teknik
d.
Keefektifan
dan efensiensi penggunaan
2.
Kriteria pemilihan alat bantu pengajaran
Apabila
akan menggunakan alat bantu pengajaran dengan cara memanfaatkan alat bantu yang
telah ada, guru dapat menjadikan kriteria berikut sebagai dasar acuan .
a.
Apakah
topik yang akan dibahas dalam hal alat bantu tersebut dapat menarik minat anak
didik untuk belajar ?
b.
Apakah
mendia yang terkandung dalam media tersebut penting dan berguna bagi anak didik
?
c.
Apabila
media itu sebagai sumber pengajaran yang pokok, apakah isinya relefan dengan
kurikulum yang berlaku ?
d.
Apakah
materi yang disajikan otentik dengan aktual, ataukah informasi yang sudah lama
diketahui massa atau peristiwa yang telah lama terjadi ?
e.
Apakah
narasi, gambar, efek, warna dan sebagainya, memenuhi standar kualitas teknis ?
f.
Apakah
bobot penggunaan bahasa, simbol-simbol dan
ilustrasinya
sesuai dengan tingkat kematangan peserat didik ?
6. Prinsip-prinsip
pemilihan media
Didasari bahwa setiap alat bantu
pengajaran memiliki keampuhan masing-masing, maka diharapkan kepada guru agar
menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhan pada saat itu. Hal ini
dimaksudkan janga sampai penggunaan alat bantu itu menjadi penghalang kegiatan
interaksi edukatif yang akan guru lakukan dikelas. Malahan sebaliknya, menjadi
pembantu yang dapat mempercepat/mempermudah pencapaian tujuan pengajaran.
Dalam
rangka itulah berikut ii akan dikemukakan beberapa prinsip yang perl guuru
perhatikan dalam pemilihan media pengajaran .
Sudirman
N (1991) membagi prinsip-prinsip pemilihan media (alat bantu) pengajaran ke
dalam tiga ketegori, yakni :
1.
Tujuan
Pemilihan
Memilih
media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang
jelas. Apakah pemlihan media itu untuk pembelajaran (siswa belajar) , untuk
informasi yang bersifat umum, tauakah hanya hiburan untuk mengisi waktu kosong
?. Tujuan pemilihan ini berkaitan dengan kemampuan berbagai media (alat bantu).
2.
Karakteristik
media pengajaran
Setiap
media (alat bantu) pengajaran mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat
dari segi keampuhan, cara pembuatannya, maupun cara penggunaanya. Memahami
karakteristik berbagai media pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus
dimiliki guru dalam kaitannya dengan keterampilan pemilihan media pengajaran.
Disamping itu memberikan kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai jenis
media pengajaran yang bervariasi.
3.
Alternatif
pilihan
memilih
pada hakikat adalah proses membuat keputusan dari barbagai alternatif pilihan.
Guru bisa menuntakan pilihan media mana yang akan digunakan apabila media
pengajaran itu hanya diperbandingkan. Sedangkan apabila media pengajaran itu
hanya ada satu, maka guru tidak akan memilih, tetapi menggunakan apa adanya.
A.
Kegunaan
media dalam interaksi edukatif
Secara umum media pendidikan
mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
(1). Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu
bersifat verbalistis.
(2). Mengatasi keterbatasan ruang,
waktu dan daya indera.
(3). Penggunaan media secara tepat dan
bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik.
6. Pemilihan Metode Mengajar dalam Rangka
Interaksi Edukatif
Metodologi pengajaran sebagai ilmu bantu
yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi berfungsi membantu bidang-bidang yang
lain dalam proses pengajaran. Karena banyaknya mata pelajaran maka tujuan untuk
setiap mata pelajaran pun berbeda-beda pula. Hal ini memungkinkan seorang guru
untuk memilih metode untuk mencapa tujuan tersebut. Pemilihan metode yang alah
akan menghambat pencapaian tujua pembelajaran. Guru jangan sesuka hati memilih
metode, ia harus berpedoman pada tujuan
pembelajaran.
a.
Metode
mengajar dan prinsip-prinsip belajar
Hubungan
metode mengajar dengan prinsip-prinsip belajar atau asas-asas belajar sangat
penting. Kerelevasian metode mengajar dengan prinsip-prinsip belajar akan dapat
membangkitkan gairah belajat anak didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
1.
Metode
pengajaran dan motivasi : Jika bahan pelajaran disajikan secara menarik besar
kemungkinan motivasi belajar anak didik akan semakin meningkat. Motivasi
berhubungan erat dengan emosi, minat, dan kebutuhan anak didik.
2.
Metode
mengajar dan aktifitas :Apabila dalam interkasi edukatif terdapat keterlibatan
intelek-emosional anak didik, biasanya intensitas keaktifan dan motivasi akan
meningkatkan sehingga tujuan pembelaran dapat tercapai dengan efektif
3.
Metode mengajar dan pengalihan: Pendidikan dan
latihan membantu anak didik untuk mengalihkan hasil belajarnya kedalam
situasi-situasi yang nyata.
4.
Metode
mengajar dan penyusunan pemahaman yang logis dan psikologis: Dalam mengajar
diperlukan pemilihan metode yang tepat . metode-metode tertentu lebih serasi
untuk memberikan informasi. Mengenai bahan pelajaran atau gagasan- gagasan baru
untuk menguraikan dan menjelaskan susunan suatu bidang yang luas dan kompleks.
Kerenanya, didalam situasi-situasi tertentu guru tidak dapat meninggalkan
motode ceramah ataupun metode pemberian tugas kepas anak didik.
5.
Metode
mengajar berkadar CBSA dan keterampilan proses: Dalam pendidikan dan pengajaran
diakui, bahwa metode-metode mengajar mempunyai kadar ke-CBSA-an yang
bervariasi, mulai dari kadar yang terendah sampai kadar tertinggi.
7. Evalusi Hasil Interaksi
Edukatif
Evaluasi
pada dasarnya memberikan pertimbangan atau harga nilai berdasarka krieria
tertentu, untuk mendapatkan evaluasi yang meyakinkan dan objektif dimulaii dari
informasi-informasi kuantitatif dan kualitaif. Instrumennya(alatnya) harus
cukup sahih, kukuh, praktis, dan jujur. Data yang dikumpulkan dari admistrasian
instrumen itu hekdaknya diolah dengna tepat dan digambarkan pemakaiannya.
Pelaksanaan
penilaian terlebih dahulu harus didasarkan atas pengukuran-pengukuran.
Sebaliknya, pengukurun-pengukuran tidak akan berarti bila tidak dihubungkan
dengan penilaian.
Bagi
mereka yang cukup lama berkecimpung dalam pendidikan, merasakan sukarnya
membuat alat evaluasi yang dapat diandalkan kualitasnya untuk memperoleh data
yang akurat mengenai hasil kemauan belajar anak didik. Winarno Surakhmad (1990:
153) dan W.S (1985: 321) menjadikan validitas dan rehablitas sebagai
persyaratan dan penyusunan alat evaluasi.
3. PENUTUP
A. Simpulan
Interaksi
edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan
pendidikan dan pengajaran. Yaitu adanya kegiatan interaksi dari pengajar yang
melaksanakan tugas mengajar di suatu pihak dengan warga belajar yang sedang
melaksanakan kegiatan belajar dipihak lain. Interaksi dalam proses pembelajaran
merupakan kata kunci menuju keberhasilan pada proses pembelajaran.
Dalam
setiap bentuk interaksi edukatif mengandung dua unsur pokok;
unsur teknis dan unsur normatif . Dalam unsur normatif, antara guru (
sebagai pendidik), dan peserta didik harus berpegang pada norma yang diyakini
bersama.
2. Saran
Interaksi
edukatif sangatlah berperan penting dalam pencapain tujuan pendidikan itu
sendiri, agar terjadi interaksi yang efektif antara guru dan siswa, maka ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, anatara lain : ada tujuan yang ingin
dicapai, ada bahan / pesan yang menjadi isi interaksi, ada pelajaran yang aktif
mengalami, ada guru yang melaksanakan, ada metode untuk mencapai tujuan, ada
situasi yang memungkinkan proses belajar-mengajar berjalan dengan baik, ada
penilaian terhadap hasil interaksi.
Daftar Rujukan
Djamarah,
Saiful Bahri. 1997. Guru dan Anak Didik
Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.
Hamalik,
Oemar. 2002. Pendidikan Guru. Jakarta
: Bumi Aksara.
Kartini.
1985. Bimbingan bagi anak dan remaja yang
bermasalah. Jakarta: CV. Rajawali.
Nonci.
2002 Ilmu Mendidik Guru Profesional.
Makassar : Aksara.
Sadiman,
Arief. 1984. Media Pendidikan.
Jakarta : Rajawaji Pres.
Soewarni,
Eddy. 2001. Pedoman Penyediaan Fasilitas
Guru. Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasioanal.